Wednesday, 24 June 2015
- Krida Pioneering terdiri tiga SKK yaitu :
- SKK Panjat Tebing,
- SKK Turun Tebing,
- SKK Travesing
Kegiatan Mountaineerin
- Hill Walking/Hiking
Hill
walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking adalah sebuah kegiatan mendaki
daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu
tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam hiking
tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media
utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat jelajah (di
kepramukaan dikenal dengan nama stock atau tongkat pandu) sebagai alat bantu.
Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.
Level berikutnya dalam mountaineering adalah scrambling. Dalam pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
Berbeda dengan hiking dan scrambling, level mountaineering yang paling ekstrim adalah climbing! Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, sling, dan sederetan peralatan mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan jelajah climbing yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan climbing ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat! Ouhhh…
Nah, tentu saja mountaineering ini cukup menantang untuk digeluti… selain wahana kegiatannya yang berada di daerah ketinggian pegunungan yang diwarnai dengan tebing lembah, ngarai, ceruk, sungai, dan panorama tiada tara, untuk melakoni mountaineering ini tentu saja dibutuhkan kesiapan fisik yang mantap.
Secara garis besarnya untuk melakoni mountaineering pastikan tubuh kalian dalam kondisi sehat, fit, dan stamina oke. Untuk itu olahraga teratur sangat mutlak. Selain itu, kau harus bebas dari semua phobia akan hal-hal yang berkaitan dengan tempat-tempat tinggi dan punya kesiapan rencana yang mantap!
Peralatan dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air), sepatu gunung, pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor lapangan, topi rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat tulis, dan matras mutlak dibutuhkan selain alat bantu khusus mountaineering seperti tali houserlite/kernmantel, karabiner, figure of eight, sling, prusik, bolt, webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai level kegiatannya.
Level berikutnya dalam mountaineering adalah scrambling. Dalam pelaksanaannya, scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
Berbeda dengan hiking dan scrambling, level mountaineering yang paling ekstrim adalah climbing! Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, sling, dan sederetan peralatan mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan jelajah climbing yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan climbing ini menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat! Ouhhh…
Nah, tentu saja mountaineering ini cukup menantang untuk digeluti… selain wahana kegiatannya yang berada di daerah ketinggian pegunungan yang diwarnai dengan tebing lembah, ngarai, ceruk, sungai, dan panorama tiada tara, untuk melakoni mountaineering ini tentu saja dibutuhkan kesiapan fisik yang mantap.
Secara garis besarnya untuk melakoni mountaineering pastikan tubuh kalian dalam kondisi sehat, fit, dan stamina oke. Untuk itu olahraga teratur sangat mutlak. Selain itu, kau harus bebas dari semua phobia akan hal-hal yang berkaitan dengan tempat-tempat tinggi dan punya kesiapan rencana yang mantap!
Peralatan dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air), sepatu gunung, pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor lapangan, topi rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat tulis, dan matras mutlak dibutuhkan selain alat bantu khusus mountaineering seperti tali houserlite/kernmantel, karabiner, figure of eight, sling, prusik, bolt, webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai level kegiatannya.
- Wall Climbing
Climbing
adalah olah raga panjat yang dilakukan di tempat yang curam atau tebing. Tebing
atau jurang adalah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal. Tebing
terbentuk akibat dari erosi. Tebing umumnya ditemukan di daerah pantai,
pegunungan dan sepanjang sungai. Tebing umumnya dibentuk oleh bebatuan yang
yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca.
Di dalam
arti yang sebenarnya memang climbing itu panjat tebing. Tetapi banyak pula
orang mengartikan bukan hanya panjat saja dalam kegiatan climbing ini melainkan
juga Repling (turun tebing), Pursiking (naik tebing dengan menggunakan tali
pursik) dan lain-lain.
Biasanya
orang melakukan pemanjatan tebing ini dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi,
kekuatan tangan, kekuatan kaki, keseimbangan tubuh dijadikan tolak ukur dalam
melakukan pemanjatan ini. Panjat tebing bukan hanya di alam tetapi kita bisa di
tebing buatan (woll-climbing).
Dalam
divisi climbing ini sangatlah mengharapkan peran lembaga STTA dalam melancarkan
kegiatannya, yaitu adanya pembuatan woll-climbing. Didalam pembuatan
wool-climbing memang memerlukan dana yang cukup besar. Maka dari itu Palastta
mengharapkan kerjasama dari pihak manapun untuk dapat bekerja sama dalam
pembuatan wool-climbing ini.
- Rock Climbing
Rock Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu
membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang
didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang
sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga
menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan
teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.
- Ice and Snow Climbing
Ice and
Snow Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan
kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan
kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan
dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat
panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang
benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.
- ALAT CLIMBING
- Tali Pendakian
Fungsi
utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan
jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan
yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam
pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer
masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm,
tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua
macam tali pendakian yaitu :
· Static Rope, tali pendakian yang
kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku,
umumnya berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan untuk rappelling.
· Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya
mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan
fleksibel. Biasanya berwarna mencolok (merah, jingga, ungu).
- Carabiner
Adalah
sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang
berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
· Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci
pengaman).
· Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)
- Sling
- sebagai penghubung
- membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
- membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
- Descender
Sebuah alat
berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga
dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau rappelling.
- Ascender
Berbentuk
semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan.
Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.
- Harnes / Tali Tubuh
Alat
pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis hernas :
· Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang
dan paha.
· Body Harnes, menahan berat badan di dada,
pinggang, punggung, dan paha.
Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.
Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.
- Sepatu
Ada dua
jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
· Sepatu yang lentur dan fleksibel.
Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk
pijakan-pijakan di celah-cleah.
· Sepatu yang tidak lentur/kaku pada
bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok digunakan pada tebing yang banyak
tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian
depan sepatu.
- Anchor (Jangkar)
Alat yang
dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada achor,
sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor,
yaitu :
· Natural Anchor, bias merupakan pohon besar,
lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.
· Artificial
Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan
diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan
lain-lain.
Post a Comment