Tuesday, 23 June 2015
Mendaki gunung merupakan aktivitas
yang keras, penuh petualangan dan kegiatan ini membutuhkan keterampilan,
kecerdasan, kekuatan dan daya juang yang tingggi. Bahaya dan tantangan seakan
hendak mengungguli merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya
bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk
bisa menyatu dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar berarti
keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri
sendiri. Pada dasarnya pendaki harus memiliki motivasi yang jelas, terarah, dan
tidak merugikan diri sendiri.
Di Indonesia kegiatan mendaki gunung
mulai dikenal sejal 1964 ketika pendaki Indonesia dan Jepang melakukan suatu
ekspedisi gabungan dan berhasil mencapai puncak Soekarno di Pegunungan
Jayawijaya. Pendaki Indonesia tersebut adalah Soedarto, Soegirin dan Fred Atabe
dari jepang. Pada tahun yang sama(1964) mulailah berdiri
perkumpulan-perkumpulan pendaki gunung, dimulai berdirinya Perhimpunan Penempuh
Rimba dan Pendaki Gunung WANADRI di Bandung dan mahasiswa Pencinta Alam
Universitas Indonesia (MAPALA UI) di Jakarta kemudian diikuti oleh
perkumpulan-perkumpulan lainnya di berbagai kota di Indonnesia.
1. Persiapan Bagi Seorang Pendaki
Gunung
Untuk menjadi seorang pendaki gunung
yang baik diperlukan beberapa persyaratan, antara lain :
I. Mental
Seorang pendaki gunung harus tabah
dalam mengahdapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah
putus asa dan berani. Berani disini, yaitu sanggup menghadapi tantangan dan
mengatasinya secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan
yang dimiliki.
II. Pengetahuan dan keterampilan
Meliputi pengetahuan serta
keterampilan tentang tali temali, navigasi darat, cuaca dan teknik-teknik
pendakian, pengetahuan tentang alat pendakian,, pertolongan pada keadaan
darurat, bertahan hidup di alam bebas dan sebagainya.
III. Kondisi fisik yang memadai
Ini dapat dimengerti karena mendaki
gunung termasuk olahraga yang berat. Berhasil dan tidaknya suatu pendakian
salah satunya bergantung pada kekuatan fisik. Untuk itu agar kondisi fisik
tetap baik dan siap selama perjalanan haruslah selalu berlatih.
IV. Etika
Harus kita sadari sepenuhnya bahwa
seorang pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki
kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku harus kita pegang teguh. Mendaki
gunung tanpa memikirkan keselamatan diri sendiri bukanlah sikap yang terpuji
sebagaimana juga bila kita tidak menghargai sikap dan pendapat masyarakat
disekitar kita pada kegiatan mendaki gunung yang kita lakukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam setiap pendakian
:
·
Jumlah anggota dalam setiap
pendakian minimalnya 3 orang, kecuali kalau pendukung yang telah diatur
sebelumnya cukup memadai.
·
Jagalah agar anggota kelompok tetap
bersama.
·
Janganlah mendaki diluar / melebihi
batas kemampuan diri sendiri dan tim.
·
Bawalah setiap saat makanan,
pakaian, peralatan dan perlengkapan secukupnya.
·
Tinggalkanlah daftar Rencana
Operasional Perjalanan dan daftar barang bawaan kita pada orang yang
berkepentngan (keluarga, organisasi, dsb).
·
Ikutilah aturan / saran dari para
pendaki gunung yang sebelumnya telah mendaki gunung tersebut, melalui buku-buku
atau sumber informasi lainnya.
·
Berusahalah untuk bertindak /
berlaku bijak sebagai Pencinta Alam yang benar-benar menjaga kelestarian alam
& lingkungan dalam setiap kesempatan mendaki gunung.
2. Jenis
Perjalanan / Pendakian
Mountaineering dalam arti luas
adalah suatu perjalanan yang meliputi mulai dari hill walking sampai pada
ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit dengan memakan
waktu yang lama, berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Menurut kegiatan dan
jenis medan yang dihadapi, mountaineering dapat dibagi menjadi :
o
Hill
Walking
Perjalanan mendaki bukit-bukit yang
relative landai dan yang tidak atau belum membutuhkan peralatan-peralatan. Untuk
pengaman jalur lintasan biasanya tali dipasang.
o
Scrambling
Pendakian pada permukaan yang tidak
terlalu terjal, namun tangan digunakan untuk keseimbangan. Namun bagi pemula,
sebaiknya dipasang tali untuk pengaman jalur lintasan dan mempermudah perjalanan.
o
Climbing
Kegiatan pendakian ini membutuhkan
tekhnik pemanjatan dan penguasaan peralatan tekhnis. Climbing terbagi atas 2
(dua) bagian, yakni :
·
Rock Climbing
Pendakian yang dilakukan pada
pemanjatan tebing batu yang cukup terjal.
·
Snow & Ice Climbing
Pendakian pada dinding yang
permukaannya tertutup salju dan es. Dalam hal ini peralatan khusus sangat
dibutuhkan seperti ice axe, crampon, ice screw, dsb.
o
Mountaineering
Merupakan gabungan perjalanan dari
semua bentuk pendakian diatas. Bisa berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan
berbulan-bulan. Disamping penguasaan teknik dan peralatan mendaki, yang
perlu dikuasai pula yaitu manajemen perjalanan dan perbekalan.
3. SISTEM
PENDAKIAN
o
Himalayan
system
Adalah system pendakian yang
dipergunakan untuk perjalanan pendakian panjang, memakan waktu
berminggu-minggu. System ini berkembang pada pendakian ke puncak-puncak
pegunungan Himalaya. Kerjasama kelompok dalam system ini terbagi dalam beberapa
tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Walaupun hanya satu anggota tim
yang berhasil mencapai puncak, pendakian ini dapat dikatakan berhasil.
o
Alpine
system
Adalah system pendakian yang
berkembang di pegunungan Alpen pada khususnya dengan tujuan agar semua pendaki
mencapai puncak bersama-sama. System ini lebih cepat karena pendaki tidak perlu
kembali ke base camp., karena perjalanan dilakukan secara bersama-sama dengan
terus maju membuka Flying Camp.
4. Manajemen
Perjalanan
o
Pra –
Perjalanan
Yang paling penting dalam memulai
setiap perjalanan adalah Motivasi yang mendorong terjadinya suatu perjalanan.
Selanjutnya hal inilah yang akan menjadi tolak ukur selanjutnya. Hal-hal yang
harus dipersiapkan sebelum memulai perjalanan adalah sbb :
-
Mengumpulkan informasi dari
aktivitas yang akan dilakukan. Informasi tersebut antara lain adalah :
·
Menentukan tujuan kegiatan dan jenis
medan.
·
Menetukan lokasi dan lamanya waktu
perjalanan
·
Data tentang daerah tersebut, bisa
didapat dari yang sudah pernah ke tempat tersebut sebelumnya atau dari peta
daerah tersebut.
·
Akses menuju lokasi.
-
Mempersiapkan diri sendiri dan
tim yang akan melakukan perjalanan, yang meliputi :
·
Latihan Fisik. Untuk meningkatkan
ketahanan dan kekutan tubuh dalam menghadapi kondisi dan cuaca alam yang liar.
Sadari kemampuan fisik dalam perjalanan.
·
Menentukan dan mengumpulkan Logistik
yang mencakup perlengkapan peralatan pribadi, tim dan khusus, serta
perbekalan makanan untuk seluruh personil dan cadangannya.
Pada perjalanan yang berat,
dalam 1 (satu) hari setiap orang membutuhkan asupan makanan 5000 Kal dan 2
liter air.
·
Teammate. Hanya dengan komunikasi yang baik dan Mengenal lebih dalam
tentang teman-teman seperjalanan kita dapat mengetahui hal-hal khusus dari
personil tim. Misalnya penyakit khusus, kebiasaan yang menyimpang, dll dari
rekan kita.
-
Penjadwalan kegiatan, yang
mencakup :
·
Membuat Time Schedule, yang dimaksud
disini adalah penjadwalan kegiatan terhitung sejak dimulainya perencanaan,
persiapan hingga pengakhiran perjalanan
·
Membuat Rencana Operasional
Perjalanan (ROP), termasuk menetukan titik start, camp dan titik finish.
-
Evaluasi dari persiapan yang telah dilakukan.
II.
Teknis Perjalanan
Yang paling penting saat pendakian
adalah melakukan AKLIMATISASI, yaitu menyesuaikan tubuh dengan kondisi
di ketinggian yang memiliki cuaca, tekanan udara dan suhu yang berbeda dari
biasanya.
Pengaturan perjalanan,
misalnya pembagian tim yang dibagi dalam kelompok kecil berikut
logistiknya dan timing perjalanan agar sesuai dengan yang telah
direncanakan sebelumnya (ROP)
Teknik berjalan saat pendakian
- Saat menanjak : Jalan seperti biasa dan jangan mengangkat kaki terlalu tinggi dari lintasan dengan irama tetap (konstan). Untuk mempermudah aklimatisasi, dapat dilakukan dengan cara menyamakan irama langkah dan nafas kita.
- Saat istirahat : Jika hanya sementara jangan duduk santai. Ketika istirahat besar, usahakan agar posisi kaki lebih tinggi dari kepala agar darah dapat mengalir kembali ke otak.
- Saat turun : Jangan gunakan tumit sebagai tumpuan
Evaluasi pergerakan sehari-hari,
misalnya tentang kesesuaian perjalanan dengan ROP, kondisi tim,
perbekalan.
Kondisi Darurat
- Menurunnya kemampuan fisik.
- Ketika perlengkapan peralatan dan perbekalan makanan tidak mencukupi.
- Ketika kehilangan orientsasi medan
III.
Pasca Perjalanan
1 Periksa kondisi
peralatan yang telah digunakan
2 Bersihkan
peralatan yang kotor.
- Dengan air murni dan jangan disiram dengan sabun (sleeping bag di dry clean)
- Jangan dijemur langsung terkena sinar matahari
- ketika disimpan lebih baik digantung dan jangan dilipat
3 Membuat Laporan
Perjalanan yang telah dilakukan dengan tujuan agar memiliki data valid
tentang perjalanan yang dilakukan tersebut. Kumpulkan data yang didapat selama
perjalanan, antara lain :
- Jadwal hasil kegiatan
- Kronologis kegiatan
- Hasil evaluasi selama di lapangan
- Peralatan yang digunakan
- Laporan keuangan
- Hasil yang didapat dari perjalanan yang dilakukan
- Dokumentasi foto / video
- dsb
5.
Perlengkapan Peralatan dan Perbekalan Makanan
Berguna agar kita tidak sengsara dan
kelaparan selama perjalanan atau pendakian yang kita lakukan. Jika kita
melakukan perjalanan 3 hari, maka bawalah bekal untuk 5 hari gunanya yaitu
untuk menghadapi kondisi darurat. Setelah menentukan perjalanan yang akan
dilakukan, barulah kita dapat menetukan perlengkapan dan perbekalan regu dan
perorangan yang dapat dibagi menjadi :
- Perlengkapan Komunikasi
- Perlengkapan Pribadi
- Perlengkapan Tidur
- Perlengkapan Masak dan Makan
- Perlengkapan Jalan (Dokumentasi, Navigasi, P3K, Survival)
- Perlengkapan Khusus
Dalam merencanakan perjalanan, perencanaan
perbekalan perlu mendapat perhatian khusus, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan perbekalan,
yaitu :
- Lamanya perjalanan
- Aktifitas apa saja yang akan dilakukan
- Kondisi medan dan cuaca yang akan dihadapi
Sehubungan dengan hal tersebut di
atas, maka ada beberapa persyaratan khusus yang harus
diperhatikan
:
- Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi yang memadai dan tidak asing di lidah.
- Terlindung dari kerusakan, tahan lama dan mudah / sederhana dalam mengolahnya.
- Sebaiknya makanan yang siap pakai atau tidak perlu memasaknya terlalu lama, irit bahan bakar dan air.
- Ringan dan mudah dibawa
Untuk merencanakan komposisi bahan
makanan agar sesuai dengan syarat di atas, kita dapat mengkajinya dengan
langkah sebagai berikut :
- Informasi tentang kondisi medan, perkiraan cuaca, aktifitas yang dilakukan dan lamanya waktu perjalanan. Perhitungan jumlah kalori yang dibutuhkan
- Susun daftar makanan yang memenuhi syarat di atas, kemudian buatlah daftar menu makanan dan hitunglah total kalorinya setelah siap dimakan.
- Persiapkan vitamin dan mineral untuk suplemen tambahan, secukupnya.
Setelah mengkaji hal – hal di
atas, kita dapat membandingkan mana yang banyak mengandung hidrat arang, lemak,
maupun protein. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di table komposisi bahan
makanan (Depkes RI, Dit. Gizi).
Kandungan kalori Hidrat Arang 4
kal/gr, Lemak 9 kal/gr, protein 4 kal/gr. (Rangking tercepat yang menjadi
kalori)
Kebutuhan kalori per 100 pounds
berat badan:
- Metabolisme Basal 1100 kal
- Aktifitas Tubuh (kalori / jam)
Jalan
Kaki 2
mil/jam 45 kal
3
mil/jam
90 kal
4
mil/jam
160 kal
Memotong kayu /
nebas
260 kal
Makan
20 kal
Duduk
(diam)
20 kal
Bongkar pasang ransel, bikin camp,
dll 50 kal
Menggigil
220 kal
3. Specific Dynamic
Activity (Factor) : ( 6% – 8%) dari I dan II
4. Total kalori
dibutuhkan
: I + II + III
Mengingat pentingnya penyusunan
perlengkapan dan perbekalan dalam suatu perjalanan, maka sebelum memulai
kegiatan disusun terlebih dahulu sebuah daftar (check-list),
perlengkapan dan perbekalan kita kelompokkan lalu kita teliti lagi mana yang
perlu dibawa atau tidak.
6. Menyusun
Perlengkapan Dalam Ransel (Packing)
Yang menjadi dasar dari pacing adalah
keseimbangan. Bagaimana kita menumpukan berat badan pada tubuh
sedemikian rupa sehingga kaki dapat bekerja seefisien mungkin. Dalam
batas-batas tertentu frame yang dimiliki ransel dapat memberikan kenyamanan
sewaktu menggendong beban. Namun bagaimanapun baiknya desain ransel yang
dimiliki akan sedikit artinya apabila kita tidak mampu menyusun barang dengan
baik. Berikut ini adalah prinsip pengepakan barang ke ransel (packing) :
- Kelompokkan barang – barang dan masukkan ke dalam kantong plastic atau kantong parasit, terutama pakaian tidur / cadangan, kertas / buku, dll.
- Tempatkan barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan kita. Barang – barang yang lebih ringan ditempatkan dibagian bawah.
- Letakkan barang yang sewaktu – waktu diperlukan cepat, dibagian atas atau pada kantung luar (ponco, air minum, P3K, survival kit, dsb).
Semua hal ini ditujukan agar beban
lebih dekat ke pundak dan tidak dperlu membongkar ransel dalam kondisi yang
memerlukan reaksi cepat
Post a Comment